“Perilaku Manusia di Era Digital: Dari Scroll ke Soul”
![]() |
| Perilaku Manusia Di Era Digital : Dari Scroll ke Soul Gambar : gorbysaputra.com |
Perilaku Manusia di Dunia Digital — Antara Layar, Algoritma, dan Kebiasaan Baru
Di era ketika segala hal terhubung lewat layar, perilaku manusia perlahan ikut berubah. Kita tak lagi hanya menggunakan internet, melainkan hidup di dalamnya.
- Dari pagi membuka notifikasi sampai malam sebelum tidur masih menatap layar — semuanya bagian dari pola baru yang disebut “digital habit”.
Dulu, aktivitas daring hanya untuk mencari informasi. Kini, manusia datang ke dunia digital untuk belajar, bekerja, berbelanja, berinteraksi, bahkan membangun identitas diri.
Jenis Konten yang Mengisi Kehidupan Digital
Setiap hari kita mengonsumsi ribuan potongan konten, namun semuanya bisa dikelompokkan ke dalam beberapa jenis utama:
1. Konten Edukasi
- Konten edukatif tumbuh pesat lewat platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram Reels. Misalnya: tutorial membuat desain, belajar bahasa asing, atau cara mengatur keuangan.
➡️ Contoh nyata: akun seperti “Zenius” atau “Pahamify” di YouTube — mengemas materi serius dalam format ringan dan cepat dicerna.
2. Konten Informasi
- Berisi kabar terkini, tips, berita, atau pengetahuan umum. Platform seperti X (Twitter) dan Google Discover menjadi rumah utama jenis konten ini.
➡️ Contoh: “5 Fakta Unik Tentang AI yang Tak Banyak Diketahui Orang.”
3. Konten Hiburan
- Inilah yang paling banyak dikonsumsi. Video lucu, musik, challenge, podcast ringan — semuanya dibuat untuk melepas penat.
➡️ Contoh: Tren “mukbang”, vlog harian, atau meme politik yang viral.
4. Konten Jual Beli
- Platform e-commerce (Shopee, Tokopedia, TikTok Shop) menjadikan perilaku konsumsi berubah. Pengguna bisa membeli produk sambil menonton live streaming.
➡️ Contoh: penjual kosmetik yang menjelaskan produknya sambil real-time berinteraksi dengan penonton.
5. Review Produk
- Konten ulasan kini menjadi jembatan antara konsumen dan brand. Banyak orang tak akan membeli sesuatu tanpa menonton review di YouTube atau membaca ulasan di media sosial.
➡️ Contoh: review smartphone di kanal seperti “GadgetIn”.
6. Konten Iklan dan Kampanye
- Dari iklan komersial sampai kampanye sosial. Misalnya, iklan layanan masyarakat tentang literasi digital atau kampanye brand yang mengusung nilai keberlanjutan.
➡️ Contoh: Kampanye #BijakBersosmed dari Kominfo.
Beda Platform, Beda Algoritma, Beda Pula Cara Bermainnya
- Setiap platform digital punya “otak” berbeda, yaitu algoritma. Ia menentukan apa yang muncul di layar Anda — bukan secara acak, tapi berdasarkan perilaku, waktu aktif, minat, dan interaksi Anda.
Mari kita bandingkan secara sederhana:
![]() |
| Tabel Perbandingan Beda Algoritma Beda Pula Cara Mainnya Data Tabel : gorbysaputra.com |
Dari tabel ini jelas: satu konten tidak bisa dipakai di semua platform dengan cara yang sama.
➡️ Sebuah video yang viral di TikTok belum tentu berhasil di YouTube, karena audiens dan algoritmanya berbeda.
➡️ Sebuah thread di X bisa sangat berpengaruh, tapi jika dipindahkan ke Instagram tanpa konteks visual, dampaknya hilang.
Dari Algoritma ke Ekosistem — Munculnya Software, Tools, dan Industri Baru
Perilaku digital manusia mendorong munculnya ribuan tools, software, dan aplikasi baru. Semuanya memiliki satu tujuan:
- memahami, memantau, dan mengarahkan perilaku pengguna.
Beberapa contohnya:
- Canva, CapCut, VN → memudahkan siapa pun membuat konten visual.
- Meta Business Suite, TikTok Ads, Google Ads → alat untuk iklan digital dan kampanye terarah.
- Google Analytics, Semrush, Ahrefs → alat untuk memahami perilaku pengunjung situs.
- AI Tools (ChatGPT, Midjourney, Jasper, Copilot) → membantu menulis, mendesain, hingga mengedit secara otomatis.
Kini, keuntungan di dunia digital tak hanya dari uang, tapi juga dari pengaruh — influence.
- Influencer, komunitas digital, hingga bot politik bisa menggerakkan massa, membentuk opini, bahkan mengubah arah kebijakan publik.
Inilah mengapa muncul istilah baru seperti:
- Digital activism (aktivisme digital),
- Algorithmic marketing, dan
- Behavioral targeting.
Dampak Sosial, Ekonomi, dan Etika di Dunia Digital
Dampak dunia digital tidak tunggal — ada yang produktif, ada pula yang destruktif.
- Kita hidup di antara dua arus besar: keterhubungan dan kehilangan makna.
Beberapa fenomena nyata:
- Overstimulation (terlalu banyak informasi membuat otak lelah).
- Echo chamber (orang hanya mendengar pendapat yang sama dengan dirinya).
- Fake news dan hoaks yang merusak kepercayaan publik.
- Cyber crime, doxing, dan hate speech yang memerlukan kebijakan hukum baru.
Oleh karena itu, tiap platform kini memiliki kebijakan, ketetapan, dan hukuman tersendiri:
- TikTok dan YouTube bisa men-take down video yang melanggar SARA.
- Instagram bisa menonaktifkan akun yang menyebarkan hoaks.
- Google bisa menurunkan ranking situs dengan konten clickbait atau plagiarisme.
Semua ini menunjukkan bahwa dunia digital kini memiliki tata hukum dan etika tersendiri — bukan negara, tapi algoritma yang mengatur.
Dari Era ke Era — Evolusi Perilaku Digital
![]() |
| Tabel Penjelasan Dari Era Ke Era Evolusi Perilaku Digital Data tabel : gorbysaputra.com |
- Setiap era menciptakan kebiasaan baru. Dulu kita mengetik panjang di blog, kini cukup 15 detik di video pendek sudah bisa viral.
Namun di balik itu, manusia tetap sama: mencari perhatian, koneksi, dan makna.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
Apakah semua platform sosial media punya algoritma yang sama?
- Tidak. Setiap platform memiliki algoritma unik yang menyesuaikan tujuan bisnis dan perilaku penggunanya.
Mengapa konten edukasi sulit viral dibanding hiburan?
- Karena algoritma menilai interaksi cepat (likes, share, comment). Konten edukasi biasanya butuh waktu lebih lama untuk dicerna.
Apakah perilaku digital bisa diatur oleh hukum?
- Ya. Banyak negara, termasuk Indonesia, sudah memiliki UU ITE dan aturan etika digital untuk melindungi pengguna dari pelanggaran daring.
Mengapa pengguna mudah terpengaruh konten digital?
- Karena sistem rekomendasi algoritmik bekerja berdasarkan emosi dan kebiasaan klik — bukan logika rasional.
#PerilakuDigital
#AlgoritmaMediaSosial
#KehidupanOnline
#AITrends
#DigitalBehavior
#GorbySaputra
#HumanAndTechnology
#EraAlgoritma




Posting Komentar untuk "“Perilaku Manusia di Era Digital: Dari Scroll ke Soul”"