Apa Sebetulnya Teknik Penulisan Intertextual Positioning Strategy (IPS)?
![]() |
Intertextual Positioning Strategy Gambar : gorbysaputra.com |
Intertextual Positioning Strategy bukan sekadar “mengaitkan tulisan dengan teks lain,” seperti yang dipahami dalam teori sastra klasik. Itu terlalu sempit.
IPS adalah strategi bawah sadar dalam penulisan untuk menempatkan pesan atau narasi sebagai bagian dari suatu jaringan makna sosial dan budaya yang sudah hidup di kepala pembaca — walaupun mereka tidak menyadari jaringan itu.
Dengan kata lain, kamu tidak menulis konten “dari nol,” tapi menulis dengan asumsi bahwa:
- Pembaca sedang hidup dalam dunia wacana tertentu.
- Mereka memiliki memori, trauma, harapan, imajinasi kolektif.
- Mereka menangkap resonansi secara emosional sebelum rasional.
Maka tugasmu bukan sekadar menyampaikan pesan, tapi mengikat pesanmu pada ekosistem makna yang sudah ada.
KENAPA INI BEKERJA DALAM KESEHARIAN?
Karena hidup kita hari ini tidak pernah bebas makna. Bahkan saat kamu melihat sereal pagi, kamu sedang terlibat dalam "percakapan" budaya: soal kesehatan, efisiensi, diet, kapitalisme, atau ingatan masa kecil.
- Semua hal keseharian itu memiliki narasi di belakangnya.
Nah, IPS beroperasi dengan cara menyisipkan pesan ke dalam narasi itu — bukan menentangnya, bukan menirunya, tapi berposisi di dalamnya.
CONTOH NYATA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI (DAN KITA TIDAK SADAR ITU IPS)
1. Iklan Air Mineral
- “Karena hidup sudah cukup rumit, minum harusnya sederhana.”
Apakah ini sekadar tagline? Tidak.
- Ini adalah IPS yang mengikat dirinya pada kesadaran kolektif orang kota tentang kelelahan hidup modern: pilihan yang terlalu banyak, multitasking, burnout.
Padahal yang dijual hanyalah air. Tapi ia menempatkan dirinya bukan sebagai cairan, tapi sebagai simbol minimalisme emosional.
2. Kampanye Makanan Instan
- “Waktu makan, waktu untuk kembali ke diri sendiri.”
Ini bukan soal kenyang. Ini menautkan pengalaman makan instan dengan wacana modern tentang self-care, mindfulness, dan keterasingan digital.
Brand tidak menyuruh kita merenung. Tapi dia ikut dalam posisi sosial yang sedang ramai: "Aku ingin punya ruang sendiri, meski cuma 5 menit."
3. Tulisan di Aplikasi Finansial
- “Uang bukan soal jumlah, tapi tentang arah.”
Tanpa menyebut inflasi, utang, atau penghasilan, tulisan ini menempatkan wacana pengelolaan keuangan sebagai bagian dari pencarian identitas hidup.
IPS di sini menghubungkan fungsi aplikasi keuangan ke dalam pencarian arah hidup—bukan semata kalkulasi angka.
![]() |
Strategi Penulisan Untuk Konten yang menyatu dengan Zaman Tanpa Terasa Dipaksakan Gambar : gorbysaputra.com |
CARA MENYUSUN TEKS BERBASIS IPS DALAM KEHIDUPAN HARIAN
Untuk bisa menulis menggunakan IPS dalam konteks rutinitas manusia, kamu harus lebih dulu berpindah dari sudut pandang penulis ke sudut pandang pengamat sosial. Bukan bertanya “apa yang mau saya katakan?” tetapi “apa yang sedang mereka percakapkan — bahkan jika itu tidak dikatakan?”
Contoh:
Rutinitas: Meminum kopi di pagi hari
✅ Narasi eksplisit:
- “Kopi bikin melek.”
Ini bukan IPS. Ini hanya fungsi.
✅ IPS-aware framing:
- “Di dunia yang terus berlari, secangkir kopi bisa jadi satu-satunya hal yang tak tergesa.”
Di sini kopi tidak lagi dilihat sebagai zat. Tapi sebagai bagian dari perlawanan kecil terhadap gaya hidup cepat.
Kamu telah mengikat kopi pada narasi budaya tentang slow living, anti hustle culture, dan kebutuhan akan ruang personal.
BAGAIMANA MEMPELAJARI DAN MELATIH PENULISAN BERBASIS IPS?
Ini bukan soal membaca buku atau ikut pelatihan. Tapi kemampuan untuk:
- Membaca atmosfer sosial dan budaya secara diam-diam.
- Bukan apa yang dibicarakan di media, tapi apa yang sedang diam-diam dirasakan orang.
- Mengamati struktur makna dalam obrolan sehari-hari.
Misalnya: kenapa orang bilang "mau healing"? Apa itu hanya berarti liburan?
- Mencatat pergeseran makna sosial.
Contohnya:
- “Tidur siang” dulu dianggap pemalas → sekarang dianggap produktif karena menjaga kesehatan mental.
- “Makan sendiri di restoran” dulu dianggap kesepian → sekarang dianggap mandiri.
IPS menulis mengikuti perubahan lapisan makna semacam ini, bukan perubahan fakta.
BENTUK-BENTUK TEKS IPS DALAM KESEHARIAN YANG BISA DITERAPKAN:
Caption Sosial Media:
- “Kadang yang paling revolusioner adalah pulang lebih awal.”
Ini bisa digunakan oleh brand transportasi, kantor, HR tools.
Packaging Produk:
- “Untuk kamu yang masih sempat sarapan meski dunia belum sempat memahami.”
Cocok untuk granola, smoothie, roti instan, dll.
Newsletter Aplikasi:
- “Bukan update. Tapi pelurusan arah.”
Bukan cuma memberi info produk baru, tapi meletakkan update itu dalam narasi perubahan hidup.
KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN (TANPA SADAR) DALAM MENULIS IPS
1. Terlalu Rasional
Misalnya menulis:
- “Kami hadir untuk menjawab kebutuhan energi sehat.”
Orang tidak hidup dalam rasionalitas murni. Teks ini gagal membentuk resonansi budaya. Tidak ada narasi kolektif yang diikat.
2. Meniru Wacana, tapi Tidak Tahu Landasannya
Misalnya:
- “Kami mendukung self-love!”
Kalimat ini terlalu generik. Terlalu template. Tidak membawa posisi.
Bandingkan dengan:
- “Kalau kamu bisa kasih jempol buat orang lain di medsos, kamu juga bisa kasih satu untuk diri sendiri.”
Ini IPS. Ia tidak bicara soal self-love secara literal, tapi menyisipkannya dalam kebiasaan digital harian.
Intertextual Positioning Strategy adalah teknik penulisan tingkat tinggi yang tidak terlihat dari permukaan teks, tapi terasa kuat dalam bawah sadar pembaca. Ini bukan tentang menjual kata, tapi tentang menempatkan pesan dalam jaringan makna hidup manusia.
Dan karena hidup manusia sekarang sangat padat dengan makna tersembunyi, IPS bukan hanya efektif — tapi satu-satunya cara agar tulisan terasa penting, akrab, dan relevan tanpa terlihat memaksa.
IPS itu bukan sekadar “menulis,”
tapi “mengikat pesanmu ke dalam perasaan zaman.”
Jika kamu ingin, kita bisa melatih IPS langsung. Kamu tinggal pilih:
- Momen keseharian: misalnya mandi, makan siang, macet, buka HP, tidur.
- Tujuan tulisan: misalnya buat konten brand, artikel pribadi, atau skrip.
Posting Komentar untuk "Apa Sebetulnya Teknik Penulisan Intertextual Positioning Strategy (IPS)?"