Fragmen Kekuasaan: Catatan tentang Daerah, Jabatan, dan Kejatuhan yang Terlalu Manusiawi
![]() |
| Fragmen Kekuasaan: Catatan tentang Daerah, Jabatan, dan Kejatuhan yang Terlalu Manusiawi Gambar : gorbysaputra.com |
1. Kekuasaan Tidak Membusukkan
Ia Hanya Menghilangkan Alasan untuk Berpura-pura
Kekuasaan tidak mengubah manusia.
Ia hanya menghapus kebutuhan untuk menyembunyikan watak aslinya.
- Mereka yang jatuh bukan tiba-tiba menjadi buruk.
- Mereka hanya tidak lagi merasa perlu menjadi baik.
2. Jabatan Adalah Cermin, Bukan Mahkota
Banyak orang mengira jabatan adalah hadiah.
Padahal ia adalah cermin paling jujur.
Semakin tinggi jabatan, semakin sedikit kebohongan yang bisa disembunyikan.
- Yang tersisa hanyalah kebiasaan lama yang kini punya wewenang.
3. Daerah: Tempat Kekuasaan Kehilangan Jarak Aman
Di pusat, kekuasaan bersembunyi di balik prosedur.
- Di daerah, ia duduk di ruang tamu, menyapa tetangga, menghadiri hajatan.
- Di tempat semua orang saling mengenal,
integritas justru paling mudah tergelincir.
- Bukan karena niat jahat,
tetapi karena terlalu banyak alasan untuk memaklumi.
4. Ketika Kekuasaan Terlalu Dekat dengan Uang
Uang bukan godaan terbesar.
Yang paling berbahaya adalah kemudahan.
- Saat keputusan bisa mengalir langsung menjadi keuntungan,
- etik berhenti menjadi pertanyaan,
dan berubah menjadi gangguan kecil yang bisa ditunda.
5. Korupsi Jarang Dimulai dari Keserakahan
Ia dimulai dari kalimat sederhana:
- “Ini wajar.”
- “Ini hanya sekali.”
- “Ini untuk menjaga hubungan.”
Korupsi tumbuh subur bukan karena hati yang hitam,
- melainkan karena pikiran yang terlalu sering memberi pembenaran.
6. Kekuasaan Membuat Pikiran Terlalu Tenang
Rasa aman yang terlalu lama adalah racun yang halus.
- Ia membuat kewaspadaan tampak berlebihan.
- Ia membuat kehati-hatian terlihat pengecut.
Orang yang paling sering jatuh bukan yang rakus,
- melainkan yang terlalu percaya diri bahwa ia tak akan jatuh.
7. Pejabat Tidak Pernah Sendirian—Dan Itu Masalahnya
Setiap jabatan membawa rombongan tak kasat mata:
- keluarga, masa lalu, janji, jaringan, jasa yang belum terbayar.
- Menjadi jujur sering berarti mengecewakan terlalu banyak orang sekaligus.
Tidak semua orang kuat hidup dengan kekecewaan kolektif.
8. Balas Budi Lebih Tua dari Hukum
Hukum lahir dari teks.
Balas budi lahir dari ingatan.
Dan ingatan sosial jauh lebih kejam daripada pasal-pasal.
- Ia menagih dengan senyap,
dan menghukum dengan pengucilan.
- Banyak pelanggaran terjadi bukan demi keuntungan pribadi,
tetapi demi menghindari sanksi sosial yang tak tertulis.
9. Politik yang Mahal Tidak Pernah Netral
- Ketika jalan menuju kekuasaan terlalu mahal,
- jabatan tak lagi dipahami sebagai tanggung jawab,
melainkan investasi yang menunggu balik modal.
- Dalam situasi itu,
- kejujuran bukan keutamaan,
melainkan kemewahan yang sulit dipertahankan.
10. Hukum Melemah Ketika Terlalu Akrab
Keadilan membutuhkan jarak.
- Dan jarak sulit tumbuh di komunitas yang saling mengenal.
Di tempat di mana semua orang pernah satu meja,
- hukum mudah berubah menjadi negosiasi yang sopan.
11. Pendidikan Mengajarkan Cara Naik, Bukan Cara Menolak
Banyak orang pintar jatuh bukan karena tak tahu aturan,
tetapi karena tak pernah dilatih mengatakan tidak.
Tidak ada mata pelajaran tentang:
- kesepian moral,
- kehilangan relasi,
atau hidup sederhana saat punya kuasa.
12. Media Menyukai Kejatuhan, Bukan Keheningan Sebelumnya
Kejatuhan selalu fotogenik.
Proses panjang sebelum jatuh jarang menarik perhatian.
- Padahal kehancuran selalu didahului oleh
- serangkaian kompromi kecil yang dianggap sepele.
Yang tak terlihat itulah yang paling menentukan.
13. Tentang Operasi Tangkap Tangan
Penangkapan bukan puncak tragedi.
- Ia hanyalah akhir dari kebiasaan yang terlalu lama dibiarkan.
Setiap penangkapan adalah pengakuan sunyi:
- bahwa sistem lebih rajin menghukum akibat
daripada merawat sebab.
14.Penutup
Kekuasaan tidak menguji niat, ia menguji kebiasaan.
- Integritas bukan soal iman, tapi soal jarak.
Yang paling berbahaya bukan sistem jahat, melainkan sistem yang terasa wajar.
- Kejatuhan moral jarang berisik; ia biasanya sangat tenang.
Di tempat semua orang saling mengenal, kebenaran sering memilih diam.
Epilog Sunyi
Selama kekuasaan lebih cepat daripada refleksi,
selama jabatan lebih ramai daripada kesunyian batin,
selama sistem lebih sibuk menutup aib daripada membenahi akar,
maka kejatuhan akan terus berulang—
bukan sebagai tragedi,
melainkan sebagai ritme yang kita anggap normal.


Posting Komentar untuk "Fragmen Kekuasaan: Catatan tentang Daerah, Jabatan, dan Kejatuhan yang Terlalu Manusiawi"